Langsung ke konten utama

Selamat Ulang Tahun, Mantan.

 




Selamat ulang tahun untukmu mantan

Sepotong masa lalu yang enggan dijadikan kenangan

Secercah harapan yang lupus karena hati yang tulus

Sebuah kotak berisi tawa dan tangisan

Beserta dengan memori akan kepedihan

Dilengkapi dengan ingatan yang pupus


Tahun lalu masih dapat terucapkan

Tahun lalunya lagi juga masih dapat kuungkapkan

Namun sekarang, setelah ingatan itu hangus

Setelah kamu pergi, terlupakan semua ucapan

Beserta kenangan tawa, canda hingga kepedihan

Tiada lagi harapan dan kenangan 

Mereka telah pupus akibat hati nan tulus


Selamat ulang tahun mantan

Semoga hidupmu terisi dengan manisnya kenangan

Tidak lagi penuh dengan harapan yang pupus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Meja Resepsionis Hitam.

     Hotel Mulia, tepat pukul tiga di tengah bisingnya Ibukota Jakarta. Aku berdiri dengan cemas, meremas jahitan rok merahku berkali-kali. Sudah hampir tiga bulan ini, pekerjaanku sebagai komisaris berubah menjadi intelijen yang pandai menganalisis. Selalu berharap analisisku selama seperempat tahun ini salah, atau keliru, sayangnya semua harapan itu hilang tak berarah. Sebatas harapan palsu, tanpa ada kepastian yang nyata.      Hotel berbintang ini tidak jauh beda dari hotel lainnya. Yang membuat hotel ini beda adalah keindahan meja hitam tepat di depan pintu masuk. Aku menghampiri meja itu tentu bukan karena keindahannya. Namun, karena meja ini menjadi saksi, suamiku menggesekkan kartu kreditnya di mesin itu. Terletak tepat di atas meja. Resepsionis nampak tersenyum ramah kepadaku, ia seperti langsung bisa mengenaliku.  "Selamat Malam Bu, Ada yang bisa saya bantu?" Aku menoleh, tanpa sadar aku sudah melamun hampir setengah jam menatapi mesin kartu i...

Reunian Dua Ribuan

                   Suara keras knalpot kendaraan, menghiasi kedatangan seorang perempuan. Turun melepas helm berkaca gelap, rambut panjang terurai menghiasi kemeja hitam yang ia kenakan. Lantas ia melangkah perlahan melewati pintu kaca, kemudian menyapa segerombol anak muda yang duduk di meja panjang restoran. Terlihat sisa kulit ayam di piring mereka, karena katanya yang terbaik selalu disimpan untuk nantinya. Akibat terlambat, Kathlyn tidak bisa menyisakan kulit ayam seperti kawan-kawannya. Ia hanya menyeruput segelas soda. Itupun soda milik temannya. “Pangling euy lihat Kathlyn,” Ia hanya dapat merespon pujian dengan senyuman. “Masih tinggal di Lembang?” Kathlyn mengangguk. “DIngin banget kan disana,” logat Jakarta terdengar jelas dari mulut Maurin, teman sekelas Kathlyn. Sesekali Kathlyn mengibaskan rambutnya yang setengah pirang keungu-unguan. Kathlyn memperhatikan Wajah demi Wajah yang ...